01 September 2016

Memperbaiki Horison Sejarah

Horison adalah praduga yang dimiliki terhadap suatu fakta sejarah. Bagaimanakah caranya mengurangi sebanyak mungkin Horison sehingga berdasarkan fakta-fakta yang ada bisa mendapatkan kesimpulan yang benar. Apakah Horison ini bisa diubahkan? Bagaimana mengatasi Horison ini?


Horison itu adalah praduga awal yang manusia memiliki dalam membaca fakta-fakta sejarah. Horison ini menjadi kekuatan sekaligus kelemahan kita (assets and liabilities) dalam menyelidiki fakta sejarah. Disatu sisi konsep iman orang percaya dapat menolongnya melihat bukti-bukti dengan lebih jernih yang mendukung kebangkitan Yesus, namun disisi lain bisa “mengabaikan logika” seperti yang dilihat dan dipikirkan orang atheis. (1)

Craig sebagai editor dalam bukunya, memuat satu bab mengenai “Perjalanan dari Atheis ke Theis: Sebuah diskusi antara Anthony Flew dan Gary Habermas”. Dituliskan, dalam tahun-tahun terakhir sebelum perpindahan Horisonnya, Flew adalah seorang “the world’s most influential philosophical atheist”, Atheis yang paling berpengaruh dalam filsafat. Perpindahan Flew ini merupakan perpindahan Horison juga, ketika melihat fakta-fakta yang ada. Perpindahan Flew ini dikarenakan keberadaan Allah didukung oleh penemuan scientific beberapa tahun terakhir. Secara khusus argumentasi ”Intelligent Design” yaitu adanya Pencipta yang sangat cerdas. Hal ini didukung oleh Big-Bang Cosmology dan Fine-Tuning Arguments. Dalam tulisan itu juga dijelaskan mengenai perpindahan C.S. Lewis, dari seorang Atheis menjadi Theis dan kemudian berpindah lagi menjadi seorang Kristen. Perpindahan ini, menyatakan bahwa horizon seseorang itu dapat berubah, tidak selalu statis, namun dinamis. (2)

N.T. Wright menuliskan kasus Thomas dalam Yohanes 20. Dikatakan bahwa Thomas mempunyai epistemologi (*) percaya kalau sudah menyentuh Yesus yang bangkit. Thomas tidak percaya, dan ketidakpercayaan itu hanya bisa dihilangkan bila melihat bekas paku di tangan dan mencucukkan tangan ke lambung Yesus. Epistmologinya berubah setelah mendengar suara Yesus yang berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”. Perubahan horizon sangat memungkinkan setelah melihat fakta itu langsung. Perjumpaan dengan fakta-fakta sejarah kebangkitan Yesus dapat merubah horison seseorang. (3)
Lebih lanjut, Licona mengusulkan 5 cara agar setidaknya dapat meminimalkan horison: (1) Metode, dengan melihat metode-metode yang berbeda dan yang digunakan. (2) Historian harus mempublikasikan horizon dan metodenya ke publik untuk dianalisa. (3) Pihak yang mencurigai (peer pressure) dapat meminimalkan horizon seorang historian. (4) Menyerahkan ide tersebut kepada ahli yang sangat bertentangan (unsympathetic experts). (5) Mempertimbangkan hal-hal relevan tentang fakta yang didukung bukti-bukti yang kuat dan telah disetujui banyak ahli. (6). Pendirian teguh terhadap bias adalah hal yang tidak dapat ditolerir. Dengan memikirkan keenam hal ini, maka horizon historian dapat diminimalkan. Tapi tentu saja tidak dapat dihilangkan. (4)
Sebagai kesimpulannya, horizon itu dapat diminimalkan, tetapi tidak dapat dihilangkan. Perpindahan horizon sangat dimungkinkan, seperti perjumpaan Thomas dengan Tuhan Yesus. Semuanya adalah anugerah Allah, bukan karena kemampuan manusia itu sendiri untuk berubah. Seperti yang Yesus nyatakan dalam Yohanes 4:66, “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”

(*) Epistemologi adalah studi bagaimana pengetahuan manusia itu diperoleh, dasar-dasarnya, bentuk dan kriterianya. (5)

----------------------
Referensi

(1) Mike Licona, The Resurrection of Jesus: A New Historiographical Approach (Downers Grove, Ill.: IVP Academic, ©2010), 49.

(2) William Lane Craig and Chad V. Meister, eds., God Is Great, God Is Good: Why Believing in God Is Reasonable and Responsible (Downers Grove, Ill.: IVP Books, ©2009), 228-246.

(3) N.T. Wright, The Resurrection of the Son of God: Christian Origins and the Question of God, vol.3 (North American ed. 4 vols. Minneapolis: Fortress Press, 1992-2013), 22.

(4) The Resurrection of Jesus, 50-60.


(5) Donald K. McKim, Westminster Dictionary of Theological Terms (Louisville, KY: Westminster John Knox Press, ©1996), 91. 

No comments:

Post a Comment