Kenapa ketika
berhadapan dengan fakta sejarah, bisa terjadi perbedaan pendapat antara para
ahli? Bukankah mereka orang yang berpendidikan bahkan hingga S3 dan bergelar
professor. Kenapa mereka bisa berbeda dalam memandang fakta yang sama? Apakah
yang membedakan cara mereka memanda suatu fakta sejarah?
Mc
Dowell sendiri menuliskan bahwa banyak para mahasiswa yang disesatkan oleh
kesimpulan-kesimpulan atau pendapat berdasarkan metode penelitian sastra atau
sejarah secara objektif, tetapi kenyataannya adalah subjektif. Hal ini dimulai
dari adanya praduga (atau Horison)
yang sudah meyimpulkan sesuatu sebelum dimulainya penyelidikan. Baik peneliti
konservatif maupun radikal, membuat banyak praduga. Pada tahap tertentu, praduga
ini tidak bisa dihindarkan. Dowell kemudian menuliskan bahwa yang menjadi
persoalan kunci adalah, “Apakah praduga seseorang sesuai dengan fakta-fakta
yang diterimanya, sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya? Apakah cukup bukti
mendukung praduga tersebut?” (2)
Licona
menuliskan suatu istilah, Horison,
sebagai pengertian awal yang dimiliki oleh setiap manusia. Sehingga ketika ada
fakta sejarah, maka penetahuan awal yang dimilikinya akan memberikan penilaian
kepada fakta sejarah tersebut. Bukan hanya belajar dari fakta tersebut dn
mendapatkan sesuatu, tetapi fakta tersebut dilihat dalam kerangka pemikiran
yang telah dibentuk sebelumnya. Licona mendefinisikan Horison sebagai cara melihat sesuatu yang didasarkan pada
pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, pendidikan, kondisi budaya,
kecenderungan, praduga awal, cara pandang dunia (worldview). Horison itu
bagaikan kacamata hitam yang mengakibatkan setiap benda yang dilihatnya
“diwarnai” oleh warna hitam. Akibat dari horizon ini, maka para historian (ahli sejarah) akan memilih
fkata-fakta yang sesuai dengan horizon yang dimilikinya. Maka fakta-fakta yang
tidak sesuai dengan horizon-nya dianggap sebagai “fakta” yang tidak berguna.
Seperti contoh sebelumnya, maka fakta mengenai bagaimana masa muda Suharto
berpacaran, tidak signifikan dengan kejadian G30S PKI. Maka ketika seseorang
memfokuskan pada kejadian tersebut, data-data yang tidak relevan, akan
dikesampingkan. Licon menuliskan lebih lanjut, bahwa tidak ada historian yang bebas nilai, atau netral.
Hal ini berlaku bagi orang Kristen yang dianggap tidak netral oleh orang
skeptik karena melihat berdasarkan sifat religi, namun hal itu juga berlaku
sebaliknya. Masing-masing memilih data yang berguna untuk tujuan yang dicapainya.
Hal ini karena mereka dipengaruhi oleh Horison.
(3)
Dapat
ditarik kesimpulan, bahwa Horison
adalah cara pandang atau sesuatu pengertian yang mendahului manusia untuk
menilai sesuatu fakta itu, sebelum fakta itu diteliti. Hal ini bisa disebut juga
dengan praduga. Seringkali, praduga atau Horizon
itu membuat historian membuang
fakta-fakta yang sesungguhnya penting demi mendukung praduganya. Untuk itu
perlu dihilangkan praduga-praduga tersebut saat akan meneliti sebuah fakta.
Pemikiran
lanjutan bagaimanakah caranya mengurangi sebanyak mungkin Horison sehingga
berdasarkan fakta-fakta yang ada bisa mendapatkan kesimpulan yang benar.
Bagaimanakah Horison ini bisa berubah?
----------------------
Referensi
(1)
Lee Strobel, The
Case for Christ: A Journalist's Personal Investigation of the Evidence for
Jesus (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2013), 271-72.
(2)
Josh McDowell and Bill
Wilson, He Walked Among Us (San Bernardino, CA: Here, ©1988), 29-32.
(3) Mike Licona, The Resurrection of Jesus:
A New Historiographical Approach (Downers Grove, Ill.: IVP Academic,
©2010), 38-9.
No comments:
Post a Comment