16 August 2016

Bukti Kebangkitan Yesus

“When anyone tells me, that he saw a dead man restored to life, I immediately consider with myself, whether it be more probable, that this person should either deceive or be deceived, or that the fact, which he relates, should have really happened” Perkataan David Hume yang terkenal ini mewakili pemikiran manusia yang menolak adanya kebangkitan. Apakah ada bukti-bukti mengenai kebangkitan Yesus yang dipercaya oleh banyak pakar?


Licona dalam penulisan tesis doktoratnya, yang kemudian menjadi buku terkenal mengenai kebangkitan Yesus, menuliskan bahwa Gary Habermas adalah seorang professional philosopy khusus mengenai kebangkitan Yesus. Habermas telah mengumpulkan bibliografi sekitar 3400 jurnal maupun buku yang ditulis dalam bahas Inggris, Jerman dan Perancis dari tahun 1975 hingga saat penulisan tesis Licona. Sebagai catatan, buku Licona ini diterbitkan tahun 2010 melalui research intensive sejak tahun 2003. Sebagai perbandingan, pada masa awal Habermas meneliti kebangkitan Yesus, sangat sedikit pakar historis profesional non Kristen yang menuliskan jurnal mengenai hal ini. (1)

Norman L. Geisler dan Frank Turek menuliskan dalam bukunya tentang seorang pakar kebangkitan bernama Gary Habermas yang mengumpulkan 1400 buku dari tahun 1975 sd 2003 mengenai karya pakar yang paling kritis mengenai kebangkitan. Para pakar itu sepakat 12 poin mengenai Yesus dan kekristenan sebagai fakta yang benar-benar terjadi: Pertama, Yesus mati karena penyaliban Romawi. Kedua, Yesus dikuburkan. Ketiga, para murid kecewa, kehilangan semangat. Keempat, kubur Yesus ditemukan kosong. Kelima, Para murid meyakini penampakan Yesus yang bangkit. Keenam, kehidupan para murid berubah bahkan rela mati demi iman mereka. Ketujuh, kebangkitan Yesus diberitakan sejak awal gereja. Kedelapan, kesaksian para murid dilakukan di Yerusalem tempat Yesus disalib dan dikuburkan. Kesembilan, pesan Injil berpusat pada kematian dan kebangkitan Yesus. Kesepuluh, hari Minggu menjadi hari yang penting untuk bersekutu dan beribadah. Kesebelas, Yakobus saudara Yesus yang skeptic berubah setelah melihat Yesus yang bangkit. Keduabelas, musuh Kristen yaitu Paulus menjadi orang percaya setelah melihat Yesus. (2)

Gary Habermas dan Licona menuliskan bukti kebangkitan Yesus dengan “pendekatan fakta minimal” (minimal facts approach). Pendekatan ini mempergunakan fakta yang didukung oleh banyak bahan bukti. Kemudian fakta yang ada itu diterima oleh hampir setiap pakar. Kelebihan pendekatan ini adalah menghindari banyak perdebatan soal pengilhaman Alkitab. Kerap kali keberatan beralih kepada “Alkitab yang mengandung banyak kekeliruan”. Melalui pendekatan ini, hanya diberikan fakta-fakta yang diterima oleh banyak pakar, bahkan yang skeptic sekalipun. Licona meringkas 12 fakta diatas menjadi 5 fakta, yaitu: Pertama, Yesus mati disalib. Kedua, Para murid Yesus percaya bahwa Ia bangkit dan menampakkan diri-Nya kepada mereka. Ketiga, Paulus penganiaya gereja diubahkan tiba-tiba. Keempat, Yakobus saudara Yesus yang skeptik tiba-tiba diubahkan. Kelima, Makam itu kosong. (3)

Dari tulisan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cukup banyak bukti yang diakui oleh para pakar dibidang historis, filosopy dan teologi. Cukup banyak dalam arti dibandingkan dengan teori lain yang menolak kebangkitan Yesus. Misalnya saja orang berkata bahwa Yesus tidak benar-benar bangkit, tapi murid-murid hanya berhalusinasi. Maka, teori ini harus membuktikan dengan memberikan fakta-fakta sejarah yang mendukung hal tersebut. Bagaimana mungkin Paulus yang merupakan musuh Kristen bisa berhalusinasi bertemu dengan Yesus? Bukankah halusinasi dikarenakan adanya keinginan yang kuat untuk bertemu dengan seseorang yang dirindukannya? Tetapi Paulus pada saat itu musuh Kristen. Tentu fakta-fakta yang ada tidak mendukung teori tersebut. Keduabelas fakta Habermas yang diakui oleh para pakar, bisa menyandingkan antara teori halusinasi dengan teori kebangkitan Yesus. Kita tentu segera mengetahui mana yang lebih dapat diterima akal.

Pemikiran yang berkembang: Apakah manfaatnya kebangkitan Yesus itu? Kenapa kebangkitan Yesus harus menjadi pusat dari Injil itu sendiri? Bukankah Injil dalam arti kematian Kristus sudah cukup untuk mempertobatkan orang lain? Kenapa perlu dengan berita kebangkitan Yesus?

----------------------
Referensi

(1) Mike Licona, The Resurrection of Jesus: A New Historiographical Approach (Downers Grove, Ill.: IVP Academic, ©2010), 19.

(2) Norman L. Geisler and Frank Turek, I Don't Have Enough Faith to Be an Atheist (Wheaton, Ill.: Crossway Books, ©2004), 335-6. (edisi bahasa Indonesia).

(3) Gary R. Habermas and Mike Licona, The Case for the Resurrection of Jesus (Grand Rapids, MI: Kregel Publications, ©2004), 39-76. (edisi bahasa Indonesia)

No comments:

Post a Comment